Sabtu, 26 November 2011

SINOPSIS

Prastiwi menentang sikap otoriter bapaknya. Bapaknya selalu mengatakan bahwa masa depan dirinya ada di tangannya sendiri Tapi kenyataannya Bapaknya selalu menentukan dan memutuskan sendiri segala sesuatu yang berkaitan dengan masa depannya. Dia harus kuliah di mana,  kelak harus jadi apa, dan harus menikah dengan siapa. Semua bapaknya yang menentukan. Sikap keras dan selalu memaksa bapaknya itu tidak hanya berlaku untuk dirinya, tapi juga Budi kakak laki-lakinya dan Lestari kakak perempuannya.

Akibat protes kerasnya itu, Bapaknya merasakan kemarahan dan kekecewaan yang amat sangat. Bahkan ketika bapaknya sakitpun, Prastiwi tetap tak bergeming dan tak mau menuruti kemauan bapaknya. Akhirnya bapaknya meninggal. Dokter di rumah sakit mengatakan bapaknya meninggal akibat serangan jantung. Akibat duka yang ditanggungnya, ibunya mendiamkanya dan tidak memperdulikannya. Prastiwi memaklumi sikap ibunya terhadapnya. Meski ia selalu bersikukuh  bahwa umur tiap makhluk hidup, hanya Tuhanlah yang berhak menentukan hinggga berapa lama akan bertahan di dalam sebuah kehidupan. Selama lima belas bulan Prastiwi dan ibunya memiliki hubungan yang buruk. Meski tinggal dalam satu atap, mereka hampir tidak pernah berbicara, kecuali ada hal penting yang harus dibicarakan. dan itu juga hanya sepatah dua patah kata saja.

Prastiwi bertemu dengan seseorang.Tak terpikir sedikitpun Prastiwi bakal menyukai laki-laki yang berusia dua kali usianya itu. Tapi kenyataannya ia terpikat, bahkan tergila-gila dengannya
, seiring dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi di luar kesengajaan mereka. Namun di satu sisi , seorang cowok lain di kampusnya juga  bersemayam diam-diam di hatinya.

Suatu ketika dia memang bersumpah akan mencari sendiri seseorang untuk mendampingi hidupnya. seseorang yang baik, dan sekiranya bisa dia banggakan di hadapan bapak dan ibunya. Tapi ketika seseorang itu muncul dalam hidupnya, bapaknya telah tiada. Dan ibunya? Apa ibunya akan menyukai lelaki itu? Atau akan memilih cowok sekampusnya itu? Prastiwi yakin tidak ada laki-laki manapun yang bakal disetujui ibunya untuk bakal suaminya kelak. Ibunya hanya ingin dia menikah dengan laki-laki yang pernah dijodohkan dengannya. Tapi di mana laki-laki itu? Bahkan rencana perjodohan merekapun sudah dibatalkan.***

Jumat, 18 November 2011

Pendahuluan

Prastiwi adalah nama yang unik menurutku. Belum pernah aku menemukan atau mendengar nama itu disebutkan oleh seseorang ketika berkenalan, kecuali oleh seoarang teman kecilku yang sekarang entah ada di mana. Nama lengkapnya Utami Prastiwi. Dia tetangga baru yang hanya sekitar setahun atau dua tahun tinggal di kampungku. Bapaknya Kepala Polisi, yang biasa dipanggil pak Mendan,kepanjangannya Pak Komandan. Prastiwi seorang yang ramah, tidak sombong, cantik dengan rambut sepanjang pinggang. Aku terkesan saat dia mengundangku pada acara ulang tahunnya yang ke...berapa...entah aku lupa. Namun sebuah acara yang belum pernah diadakan di kampungku itu tentu saja terlihat 'wah' dan menyedot perhatian semua warga. Namun karena yang punya acara pak Mendan, jadi nggak ada yang sembarangan berani menggeruduk rumah dinas yang terletak di belakang kantor Polisi itu. Ada kue tart, pertunjukan tiup lilin dan pembagian snack dan nas kuning adalah hal pertama dan termewah di kampungku saat itu.

Dan nama itu yang akan kupakai untuk tokoh dalam novelku nantinya. Bagaimana dan seperti apa Prastiwi dalam novelku nanti? Yang pasti dia cantik dan pintar. Dan dia juga aktif di pecinta alam.  Apa istimewanya seorang Prastiwi? Kenapa memang dia? Ada apa dengan cewek bernama Prastiwi itu? Dengan membaca Bismillahirohmaanirrohiim, aku akan mulai mengungkapnya dan menceritakannya. Awalnya hanya sekedar ingin memuntahkan sesuatu yang berkecamuk di dalam benakku. Namun nyata-nyata aku sekarang bahkan ingin membuatnya menjadi sebuah novel.

Sekedar Pengantar

Aku punya latar belakang kehidupan sebagi pecinta alam. Meski hanya beberapa tahun aku berkecimpung di lingkungan tersebut, namun aku cukup berkesan bahkan sempat  tergila-gila dengan acara kemping, naik gunung, atau sejenis ngeluyur di alam bebas itu. Dan pertemanan dengan anak-anak pecinta alam, sungguh, aku belum pernah mendapatkannya selama hidupku selain di dunia pecinta alam itu sendiri. Pertemanan yang tulus, tanpa membedakan latar belakang keluarga, bentuk fisik, juga intelegensi. Satu persamaan kami yaitu, bahwa kami seorang mahasiswa dan mencintai organisai kami. Titik. Tidak ada yang lain.
Sebenarnya di tengah-tengah aku aktif di dunia pecinta alam, aku sudah menyimpan berbagai tema cerita menarik yang bisa kutulis sebagai bahan sebuah cerpen atau novel.  Yach, sudah sekitar sepuluh tahun, mudah2an aku bisa merealisasikan keinginanku untuk membuat novel. Mudah-mudahan pula aku tidak kehilangan wajah dan karakter teman-temanku. Juga guyonan-guyonan segar sampai yang rusuh sekalipun. Semua itu adalah inspirasi terbesarku dalam pembuatan novelku nantinya. Semoga.