Prastiwi menentang sikap otoriter bapaknya. Bapaknya selalu mengatakan bahwa masa depan dirinya ada di tangannya sendiri Tapi kenyataannya Bapaknya selalu menentukan dan memutuskan sendiri segala sesuatu yang berkaitan dengan masa depannya. Dia harus kuliah di mana, kelak harus jadi apa, dan harus menikah dengan siapa. Semua bapaknya yang menentukan. Sikap keras dan selalu memaksa bapaknya itu tidak hanya berlaku untuk dirinya, tapi juga Budi kakak laki-lakinya dan Lestari kakak perempuannya.
Akibat protes kerasnya itu, Bapaknya merasakan kemarahan dan kekecewaan yang amat sangat. Bahkan ketika bapaknya sakitpun, Prastiwi tetap tak bergeming dan tak mau menuruti kemauan bapaknya. Akhirnya bapaknya meninggal. Dokter di rumah sakit mengatakan bapaknya meninggal akibat serangan jantung. Akibat duka yang ditanggungnya, ibunya mendiamkanya dan tidak memperdulikannya. Prastiwi memaklumi sikap ibunya terhadapnya. Meski ia selalu bersikukuh bahwa umur tiap makhluk hidup, hanya Tuhanlah yang berhak menentukan hinggga berapa lama akan bertahan di dalam sebuah kehidupan. Selama lima belas bulan Prastiwi dan ibunya memiliki hubungan yang buruk. Meski tinggal dalam satu atap, mereka hampir tidak pernah berbicara, kecuali ada hal penting yang harus dibicarakan. dan itu juga hanya sepatah dua patah kata saja.
Prastiwi bertemu dengan seseorang.Tak terpikir sedikitpun Prastiwi bakal menyukai laki-laki yang berusia dua kali usianya itu. Tapi kenyataannya ia terpikat, bahkan tergila-gila dengannya, seiring dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi di luar kesengajaan mereka. Namun di satu sisi , seorang cowok lain di kampusnya juga bersemayam diam-diam di hatinya.
Suatu ketika dia memang bersumpah akan mencari sendiri seseorang untuk mendampingi hidupnya. seseorang yang baik, dan sekiranya bisa dia banggakan di hadapan bapak dan ibunya. Tapi ketika seseorang itu muncul dalam hidupnya, bapaknya telah tiada. Dan ibunya? Apa ibunya akan menyukai lelaki itu? Atau akan memilih cowok sekampusnya itu? Prastiwi yakin tidak ada laki-laki manapun yang bakal disetujui ibunya untuk bakal suaminya kelak. Ibunya hanya ingin dia menikah dengan laki-laki yang pernah dijodohkan dengannya. Tapi di mana laki-laki itu? Bahkan rencana perjodohan merekapun sudah dibatalkan.***
Prastiwi bertemu dengan seseorang.Tak terpikir sedikitpun Prastiwi bakal menyukai laki-laki yang berusia dua kali usianya itu. Tapi kenyataannya ia terpikat, bahkan tergila-gila dengannya, seiring dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi di luar kesengajaan mereka. Namun di satu sisi , seorang cowok lain di kampusnya juga bersemayam diam-diam di hatinya.
Suatu ketika dia memang bersumpah akan mencari sendiri seseorang untuk mendampingi hidupnya. seseorang yang baik, dan sekiranya bisa dia banggakan di hadapan bapak dan ibunya. Tapi ketika seseorang itu muncul dalam hidupnya, bapaknya telah tiada. Dan ibunya? Apa ibunya akan menyukai lelaki itu? Atau akan memilih cowok sekampusnya itu? Prastiwi yakin tidak ada laki-laki manapun yang bakal disetujui ibunya untuk bakal suaminya kelak. Ibunya hanya ingin dia menikah dengan laki-laki yang pernah dijodohkan dengannya. Tapi di mana laki-laki itu? Bahkan rencana perjodohan merekapun sudah dibatalkan.***